Makna laa ilaaha illallah
Muqoddimah
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatu.
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menyempurnakan untuk kita agama islam ini dan telah mencukupan untuk kita nikmat-Nya, serta meridhoi Islam sebagai agama kita. Shalawat serta salam sejahtera smeoga tetap terlimpah kepada Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa sallam.
Pada umumnya, banyak yang mengucapkan “Laa ilaaha illa Allah” tapi mereka sendiri belum mengetahui tentang konsekuensi dari kalimat tersebut. Jika kita melihat sejarah-sejarah, utamanya di awal dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam, orang-orang kafir quraisy tidak ingin mengucapkan kata “laa ilaaha illa Allah” padahal itu hanya sebuah ucapan. Mengapa demikian? Karena mereka mengetahui konsekuensi dari kalimat tersebut.
Makna Laa Ilaaha Illallah
Ketika kita mengucapkan Laa ilaaha illa Allah, maka dengan kata lain kita mengucapkan sebuah kalimat yang pesan tersiratnya adalah laa ma’buuda bii haqqin illa Allah yang berarti tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.
Kalimat laa ilaaha menafikan seluruh apa yang disembah selain Allah. Sedangkan kalimat illallah merupakan peribadatan hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya dalam beribadah kepadaNya. Sebagaimana tidak ada sekutu bagiNya didalam kerajaanNya.
Olehnya, kalimat laa ilaaha ilalllah mencakup dua rukun,
Pertama kata laa ilaaha yang merupakan penafikan.
Kedua kata ilallallah yang merupakan penetapan.
Syarat Laa Ilaaha Illallah
Adapun beberapa syarat daripada Laa Ilaaha Illallah, diantaranya adalah
Ilmu yang menafikan kebodohan
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Qs. Muhammad : 19 )
Adalah mengetahui makna dan maksud dari laa ilaaha illallah dan apa yang dimaknakan. Karena terkadang ada yang mengucapkan laa ilaaha illallah tapi tidak mengetahui maksud dari kalimat tersebut.
Yakin yang menafikan keraguan
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Qs. Al Hujurat : 15)
Adalah dengan mengucapkan laa ilaaha illallah berarti yakin dengan kalimat tersebut dan tahu konsekuensi dan tidak ada keraguan dalam dirinya. Ketika ada keraguan berarti belum sempurna makna ucapan laa ilaaha illallah dari orang tersebut.
Ikhlas yang menafikan kesyirikan
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Qs. Az Zuumar : 2)
Adalah membersihkan semua amalan-amalan dari noda-noda kesyirikan dan menafikan serta meninggalkan berbagai macam kesyirikan.
Jujur yang menafikan kedusta’an
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al Ankaabut : 3)
Adalah sikap yang membedakan orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah sesuai dengan hati dengan orang munafik yang hanya mengucapkan di mulut saja.
Cinta yang menafikan benci
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim(yang menyembah selain daripada Allah) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Qs. Al Baqarah : 165)
Adalah sikap untuk mencintai orang-orang yang mengimani kalimat tersebut, mencintai konsekuensinya, dan mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensi kalimat tersebut.
Penerimaan yang menafikan penolakan
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,” (Qs. As Saffat : 35)
Adalah menerima konsekuensi kalimat tersebut dalam bentuk ibadah semata-mata kepada Allah, meninggalkan ibadah selain Allah.
Kepatuhan yang menafikan pelanggaran
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Qs. Luqman : 22)
Adalah kepatuhan terhadap menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Khatimah
Wallahu'alam bissawab
Sekian yang kami dapat sampaikan, semoga bermanfaat untuk saya dan kita semua sebagai umat muslim. Semoga Allah selalu menambahkan ilmu pengetahuan yang mutlak kepada saya dan kita semua serta mengampuni dosa-dosa yang telah ktia lakukan selama ini, serta selalu diberi hidayah agar saya dan kita semua bisa menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Sesungguhnya kebenaran datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam terbebas dari dosa-dosa.
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatu.
Referensi
Al-Qur'anul Kariim
Hushuulul Ma’muul bi Syarah Tsalatsatul Ushuul, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Pensyarah Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Cetakan II, 1435 H.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar